PERANG DAN PERBUDAKAN DI TANAH DAYAK

Buku PERANG DAN PERBUDAKAN DI TANAH DAYAK Latar Belakang Pertemuan Tumbang Anoi 1894 ini menarasikan kondisi Tanah Dayak sebelum dilaksanakannya Pertemuan Damai Tumbang Anoi 1894. Sebelum pertemuan itu Tanah Dayak dipenuhi cerita perang antar klan Dayak (antar penghuni sungai), saling mengayau dan serta melakukan praktek-praktek perbudakan yang rumit. Budak di Tanah Dayak bukan saja dijadikan pekerja, namun bisa dijual sebagai alat tukar dan menjadi korban sembelihan untuk ritual kematian sang pemilik budak. Ketika Perang Banjar meletus tahun 1859, orang Dayak menjadi bagian dari Laskar Hidayatulah-Antasari dan Laskar Kolonial Belanda. Tahun 1861, Pangeran Hidayat serta sejumlah Pangeran dari Keraton Banjar menyerah, para pemimpin perang serta sejumlah kepala suku di kawasan Banjar juga sudah menyerah serta mengucapkan ‘sumpah setia kepada pemerintah Hindia Belanda’. Oleh karena itu, dari buku Rees maupun buku Perelaer bisa disimpulkan bahwa Perang Banjar yang seharusnya berakhir tahun 1863. Tahun 1863, putra mahkota Keraton Banjar sudah pindah ke Batavia dan Pangeran Antasari meninggal tahun 1863. Perang itu berlanjut gara-gara Tamanggung Surapati dengan pasukan Dayak Dusun dan Dayak Siangnya masih bersemangat dengan Perang serta mendukung Gusti Mad Seman. Pertamuan Kepala Suku yang terjadi di Tumbang Anoi dari Maret – Juni 1894 membuat kesepakatan besar, yaitu; menghentikan Perang Antar Klan Dayak, Menghentikan Praktek Kayau – Mengayau, Menghentikan Praktek Perbudakan dan pada akhirnya memudarkan perlawanan dalam Periode Perang Barito (bagian dari Perang Banjar). Bahasan utama buku ini terdiri dari Perang Asang, Perang Banjar, Kayau, Perbudakan dan Kuta. Materi Perang Asang berasal dari tulisan Schwaner, Perelaer, Maks, Bangert, Michielsen, Tromp. Materi Perang Banjar berasal dari tulisan; Rees, Rutte, Slyuterman, Tihon, Perelaer, Hoevell, Ven, Ras. Materi Kayau berasal dari tulisan; Bock, Schwaner, Perelaer, Maks, Bangert, Michielsen, Tromp, Ullman. Materi Perbudakan berasal dari tulisan; Rees, Rutte, Schwaner, Perelaer, Maks, Bangert, Michielsen, Tromp (Residen), Philip Tromp, Pires. Sedangkan materi tentang Kuta kebanyakan dari Schwaner, Michielsen, Pijnapple, Maryat, Bangert. Judul tulisan mereka bisa dilihat pada Daftar Pustaka. Buku setebal 300 halaman ini diformat dengan ukuran 16 x 23 cm. Peminat bisa menghubungi penulis di 08115266110.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JALAN MERAH SANG KOMBATAN

CAHAYA ARUNIKA DARI DUSUN TIMUR