SUHERIYATNA UNTUK KALTARA
Sesuai dengan judulnya SUHERIYATNA UNTUK KALTARA, buku ini membahas pemikiran SUHERIYATNA tentang pembangunan Kalimantan Utara.
Selalu menjadi perdebatan sengit harus mulai dari mana membangun sebuah wilayah itu; apakah dimulai dari hulu menuju hilir, atau sebaliknya dari hilir menuju hulu? Membangun dari tengah juga pilihan yang sering ditempuh, akan tetapi konsep rancang-bangun sebuah wilayah tidaklah semudah mempelajari ilmu planologi di bangku kuliah dengan segenap labirin keruwetan di dalamnya, melainkan lebih sulit lagi dilakukan dalam praktiknya. Kalimantan Utara adalah contoh nyata bagaimana konsep pembangunan Provinsi ke-34 Republik Indonesia ini penuh dengan tantangan dalam mewujudkannya.
Dr. Ir. H. Suheriyatna, M.Si sebagai seorang konseptor pembangunan Provinsi yang berdiri 22 April 2013 ini tidak terjebak dalam “lingkaran setan” atau vicious circle konsep membangun suatu wilayah yang sering dialami para pemangku kepentingan. Ia menyatukan hulu dan hilir membangunan wilayah dengan menggunakan helicopter view, mengangkat semua masalah kewilayahan serta pembangunan ke atas ketinggian sehingga dengan mudah melakukan pemetaan. Mana yang menjadi prioritas, mana yang harus dikebelakangkan, dengan mudah dilihat menggunakan kacamata ini. Pandangan Suheriyatna yang mendekatkan hulu dengan hilir ini menghasilkan 11 Program Prioritas yang kemudian menjadi blueprint (cetak biru) pembangunan Kaltara.
Ke-11 Program Prioritas itu adalah: Sumber Daya Energi Listrik; Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional; Kota Baru Mandiri Tanjung Selor; Pelabuhan dan Dermaga; Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Kesehatan: Rice and Food Estate; Pembangunan dan Peningkatan Bandara; Jalan, Jembatan dan Telekomunikasi; Pembangunan Jembatan Bulungan-Tarakan; Air Bersih dan Sanitasi, dan; Penempatan Personil TNI di Wilayah Perbatasan. Cetak biru Pembangunan Kaltara ini telah dirancang sejak 2017 dan dicanangkan terwujud sepenuhnya 20 tahun setelah pencanangan itu, yakni tahun 2037. Dihitung dari Suheriyatna menuangkan gagasan 11 Program Prioritas dalam buku Suheriyatna untuk Kaltara: Wujudkan Tuntas 11 Program Prioritas ini, masih tersisa waktu 13 tahun lagi untuk mewujudkan blue print ini sebagai sebuah kenyataan.
Sebagai Tim Pemantau dan Evaluasi Proyek Stategis Nasional di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Suheriyatna demikian khatam saat menjelaskan konsep pembangunan Kaltara berdasarkan 11 Program Prioritas yang dirancang bersama para koleganya itu. Namun, kesan Bang Yatna -demikian pria kelahiran Banda Aceh 1 Maret 1965 biasa dipanggil- sebagai praktisi, sungguh tidak terelakkan. Ia tidak sekadar mengumbar konsep pembangunan secara teoritis, tetapi bagaimana konsep itu diwujudkan atau seharusnya dijalankan di wilayah dengan karakteristik khas seperti Kaltara ini.
Kekhasan Kaltara antara lain keragaman etnis yang mendiami wilayah yang luasnya mencapai lebih dari 71.000 kilometer persegi dengan budayanya masing-masing, alamnya yang berhutan lebat dengan kekayaan sungainya yang lebar, kekayaan mineral yang terkandung dalam perut bumi Kaltara, beras adan dan garam gunung yang diburu negara jiran, serta wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Tidak heran jika masalah pembangunan perbatasan menjadi salah satu penekanan pembahasan mendalam buku ini. Jika konektivitas atau ketersambungan adalah katakunci yang menyatukan wilayah kaltara, maka konektivitas itulah yang coba diwujudkan dalam praktiknya.
Gaya Suheriyatna yang lugas, terbuka dan blak-blakan tercermin dalam buku yang mengupas tentang bagaimana seharusnya pembangun Kaltara dengan sejumlah kekhasan yang tidak dimiliki provinsi-provinsi lainnya itu dilakukan. Tidak segan misalnya Suheriyatna membandingkan ketertinggalan Kaltara dibanding Kalimantan Barat dalam mengelola dan membangun perbatasan dengan Malaysia seperti telah terkoneksinya pembangunan Entikong, Badau, Jagoi Babang dan empat daerah perbatasan lainnya, sedangkan Kaltara baru benar-benar membangun Sebatik, belum tersambung dengan daerah-daerah perbatasan lainnya.
Di luar 11 Program Prioritas yang dibahas dan dipaparkan secara tuntas, wisata hutan Kalimantan yang ia sebut sebagai Borneo Discovery diupayakan masuk sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Nasional ke-6 dari 5 KSPN yang ada saat ini, yakni Danau Toba, Likupang, Borobudur, Labuan Bajo dan Mandalika.
Buku ini berjumlah 271 halaman, diformat 15 x 22 cm. Peminat bisa mengontak 08115840506
Komentar
Posting Komentar